Kamis, 13 Oktober 2011

Masalah gizi utama



    Pengertian gizi sekarang ini adalah dalam hal kecukupan zat zat makanan yang berguna dalam metabolisme tubuh kita. Tidak  berlebihan dan tidak kekurangan namun dalam batas seimbang. Contoh zat-zat gizi itu adalah  karbohidrat, protein . lemak, vitamin 2, mineral 2 dan juga serat makanan yang dapat membantu kesehatan tubuh.
              Gizi berlebihan juga akan dapat menimbulkan masalah kesehatan .misal jika seseorang kelebihan lemak maka akan berpotensi penyakit jantung koroner, jika berlebihan karbohidrat berpotensi penyakit gula/ diabetes melitus, berlebihan protein berpotensi penyakit ginjal, berlebihan mineral berpotensi penyakit ginjal/ batu saluran kencing, berlebihan vitamin  atau hipervitaminosis berpotensi penyakit lambung dan metabolisme juga dapat terganggu.

Adapun secara umum masalah gizi di indonesia ada empat yaitu:
A.   KKP ( kekurangan kalori protein)
          KKP ini juga sering disebut sebagai KEP ( kekurangan energi protein)  atau dalam bahasa inggris disebut PEM ( protein- energy malnutrition).Orang yang menderita KKP akan bermanifestasi dalam bentuk kekurangan berat badan/ kurus. Sering kita sebut sebagai gizi kurang / gizi buruk. Gizi buruk atau KKP adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Dua tipe gizi buruk atau KKP
Kwasiorkor         
   Kwashiorkor terjadi jika seorang anak disapih lebih lambat dari normal dan mendapatkan makanan cuma karbohidrat dan sangat kurang dalam protein. Pada keadaan kwashiorkor ini berat badan yang kurang mungkin akan tertutupi oleh retensi cairan tubuh / oedem yang membuat muka sembab ( moon face) dan perut yang buncit. Ciri umum penderita kwasiorkor :
(1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab;
(2) pandangan mata sayu;
(3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok;
(4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel;
(5) terjadi pembesaran hati;
(6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk;
(7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis);
(8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut;
(9) anemia dan diare.

Marasmus
   Marasmus terjadi jika seorang anak  di sapih  lebih awal dari keadaan normalnya namun tidak mendapatkan makanan yang cukup kandungan gizi nya. Anak yang menderita marasmus kelihatan sangat kurus / berat badannya akan sangat kurang, otot ototnya sangat lemah,  dan mudah terkena penyakit infeksi berulang seperti gastroenteritis.penderita marasmus memiliki ciri :
(1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit;
(2) wajah seperti orang tua;
(3) mudah menangis/cengeng dan rewel;
(4) kulit menjadi keriput;
(5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar);
(6) perut cekung, dan iga gambang;
(7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang);
(8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
B.  KVA (kekurangan vitamin A)

              Vitamin A berasal dari karoten yang banyak tedapat pada sayuran dan buah buahan berwarna merah atau jingga misal wortel, tomat. Vitamin A berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan kulit, selaput lendir, tulang ,gigi, penglihatan dan reproduksi. Gejala awal kekurangan vitamin A adalah rabun senja  atau rabun ayam yaitu terjadi gangguan adaptasi melihat gelap, gejala lainnya adalah kulit yang sangat kering, kurangnya sekresi lendir mukosa sehingga mudah terkena serangan bakteri, kekeringan mata karena gangguan kelenjar air mata ( xeropthalmia) yang merupakan penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Bahkan pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dengan kematian pada balita. Akibat kekurangan vitamin A yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi epitel yang dapat meningkatkan status kekebalan atau daya tahan tubuh.


C.  GAKY (Gangguan akibat kekurangan yodium)
                 Yodium adalah salah satu mineral yang sangat  penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Kekurangan yodium akan menyebabkan gangguan pertumbuhan kerdil, keterbelakangan mental dan penyakit pembesaran kelenjar gondok. Untuk menanggulangi nya pemerintah melaksanakan pemberian kapsul yodium dan jangka panjang dengan program iodisasi garam. Karena sekarang ini masih ada garam yang belum beryodium dan ada pula yang kandungan yodiumnya tidak sesuai persyaratan sehingga menimbulkan dampak penyakit GAKY.

D.  Anemia kekurangan zat Besi
         Anemia adalah keadaan kurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah manusia. Hemoglobin inilah yang memberikan warnAa merah pada darah kita. Hemoglobin berfungsi mengikat dan menyalurkan oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh  dan mengikat CO2 sisa metabolisme dari jaringan tubuh  untuk dibuang lewat paru paru serta berperan juga dalam transpor gas nitrit oksida yang berperan dalam pengaturan tekanan darah .Hemoglobin ini merupakan komponen yang terbuat dari zat besi dan protein.    Karena hemoglobin terbuat dari zat besi maka jika seseorang kekurangan zat besi akan  mengakibatkan kekurangan hemoglobin yang disebut anemia. Karena hemoglobin inilah yang memberikan warna merah,maka orang yang anemia kulit wajah dan  selaput matanya akan kelihatan berwarna pucat.  Keadaan anemia ini akan menyebabkan kegagalan transport oksigen  ke seluruh tubuh dan menumpuknya CO2 sisa metabolisme jaringan sehingga  sangat berbahaya . Pada ibu hamil dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan terjadi peningkatan kebutuhan akan zat besi , sehingga jika dalam makanannya kekurangan zat besi maka akan terjadi anemia . Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu janin yang dikandungnya karena suplai makanan dan oksigen janin akan terganggu karena kekurangan darah yang berfungsi sebagai media transport dan juga pada balita yang kondisinya masih lemah, dan membutuhkan banyak zat besi untuk pertumbuhan.

POLIO


II.1. Definisi

        Poliomyelitis (polio) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan sebagian besar menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Polio tidak ada obatnya, pertahanan satu-satunya adalah imunisasi.Virus polio masuk ke tubuh melalui mulut, dari air atau makanan yang tercemar kotoran penderita polio. Juga disebabkan kurang terjaganya kebersihan diri dan lingkungan. Virus ini menyerang system syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan seumur hidup dalam waktu beberapa lama.

II.2. Etiologi

        Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi. Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.

II.3. Jenis polio

       Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.

II.4. Patofisiologi

      Virus polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan,diserap dan disebarkan melalui system pembuluh getah bening.
      Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis ).
II.5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Lab ; Pemeriksaan darah,Cairan serebrospinal, Isolasi virus volio.
2. Pemeriksaan radiology

II.6. Tanda dan Gejala
·         Demam
·         Rasa lelah
·         Sakit kepala
·         Muntah-muntah
·         Rasa kaku pada leher
·         Rasa sakit pada kaki atau tangan

II.7. Resiko terjadinya polio
·         Belum mendapatkan imunisasi polio
·         Bepergian ke daerah yang masih sering ditmukan polio
·         Kehamilan usia sangat lanjut atau sangat muda
·         Luka dimulut atau hidung dan tenggorokan (misalnya setelah menjalani pengangkatan amandel atau cabut gigi )

II.8.  Pengobatan

         Bagaimana mencegah dan membasmi polio dari muka bumi?
         Satu-satunya cara mencegah dan membasmi polio adalah melalui pemberian vaksin polio, yaitu :
       • Pemberian imunisasi polio lengkap kepada bayi (usia kurang dari 12 bulan) melalui program imunisasi rutin, atau
       • Pemberian imunisasi polio kepada bayi dan balita (usia 0 – 59 bulan) melalui imunisasi massal, yang disebut PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
II.9. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky

II.10. Asuhan keperawatan pada klien polio

         Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan susah menelan
            Tujuan dan kriteria hasil:
           Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam kebutuhan nutrisi tercukupi dengan kriteria hasil:kadar albumin,dan elektrolit normal,porsi makan dihabiskan minimal ¾ porsi.
Intervensi:
·         Mandiri
·         Tentukan motivasi pasien u ntuk mengubah kebiasaan makan
·         Pantau nilai laboratorium,khususnya transferin,albumin dan elektrolit
·         Kemampuan pasien untuk memenuhi nutrisi
·         Kolaborasi
·         Diskusi dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan
·         Makakanan pelengkap
·         Pemberian makanan melalui selang NGT,atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipetahankan.

2.      Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan kelumpuhan anggota gerak
            Tujuan dan kriteria hasil:
            Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien dapat beraktivitas dengan kriteria hasil :klien menunjukkan indikator-indikator memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan atau pengajaran ).
Intervensi :
·         Mandiri
·         Lakukan tindakan ROM
·         Lakukan masase untuk menghindari dekubitus
·         Lakukan terapi aktivitas ambulasi
·         Lakukan perubahan posisi
·         Kolaborasi
·         Kolaborasi dengan fisioterapi

Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
  • Preeklampsia dan eklampsia
  • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
  • Partus lama atau partus macet
  • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
  • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
  • Lilitan tali pusat
  • Tali pusat pendek
  • Simpul tali pusat
  • Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
  • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
  • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
  • Kelainan bawaan (kongenital)
  • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
  1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
  2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
  3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
  • Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
  • Warna kulit kebiruan
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

  • Penafasan
  • Denyut jantung
  • Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
F. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
  1. 2 helai kain / handuk.
  2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
  3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
  4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
  5. Kotak alat resusitasi.
  6. Jam atau pencatat waktu.